Sabtu, 19 Juni 2010

Peringati Ulang Tahun Pekon Gumukmas Ke-80 , Warga Adakan Bersih Desa


Kegiatan Bersih Desa pada hakikatnya merupakan bentuk ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan karunia yang dicurahkan kepada kita sekalian, sekaligus guna memohon keselamatan dari Yang Maha Kuasa bagi segenap warga desa, yang merupakan ritual warisan dari nilai-nilai luhur budaya bangsa yang menunjukkan bahwa manusia menyatu dengan alam.

Demikian dikatakan Pj Bupati Pringsewu Helmi Machmud dalam sambutan yang dibacakan Asisten I Bidang Pemerintahan Firman Muntako saat membuka kegiatan Bersih Desa dalam rangka peringatan 80 tahun Pekon Gumukmas Kecamatan Pagelaran di balai desa setempat, Sabtu (19/6).

Dikatakannya, ritual Bersih Desa juga bisa diartikan sebagai ungkapan pernyataan masyarakat terhadap identitas, akar budaya, dan idealisme melalui pengalaman otentik orisinal komunitas, dimana komunitas menjadi pencipta budayanya sendiri.
“Bersih Desa dalam tradisi masyarakat kita, menjadi salah satu bagian dari tradisi selamatan atau slametan yang merupakan sebuah upacara inti yang mencakup seluruh aspek kehidupan,” katanya.

Di dalam acara selamatan ini, kata dia, setiap orang berada dalam keselarasan, karena masyarakat tidak lagi dibedakan antara satu dengan yang lain, dimana antara yang satu dengan yang lainnya tidak dipandang lebih rendah atau lebih tinggi.
“Bersih Desa sebagai salah satu bentuk dari kegiatan selamatan, mempunyai ciri khas sendiri dibandingkan dengan yang lain, karena memiliki dimensi yang lebih luas, karena berkaitan erat dengan dimensi sosial dalam suatu desa tertentu. Maka dari itu, pentingnya untuk mengadakan acara Bersih Desa kadangkala tidak mudah untuk ditawar-tawar, karena merupakan sebuah wahana atau sarana dimana seluruh warga desa dapat berinteraksi sosial satu sama lain secara lebih intensif,” ujarnya.

Lebih lanjut bupati berharap dengan diselenggarakannnya acara Bersih Desa dalam rangka memperingati hari ulang tahun Pekon Gumukmas yang ke-80 dengan menggelar pagelaran wayang kulit tersebut, bisa menjadi wahana untuk lebih menjalin keakraban, persatuan dan kesatuan diantara sesama warga sebagai modal dasar untuk membangun Kabupaten Pringsewu yang berjuluk Bumi Jejama Secancanan.

Kepala Pekon Gumukmas Bastari mengungkapkan sejarah berdirinya Pekon (Desa) Gumukmas, yang pada mulanya adalah kawasan hutan belantara dengan berbagai pohon-pohon besar dan binatang buas, dan dirintis pembukaannya pada tahun 1928 silam oleh 11 orang yang kini kesemuanya sudah almarhum, yakni Sastro Wijoyo, Setro Pawiro, Udho Wikarso, Karto Wirono, Santono, Kartorejo, San Menawi, Kartowiryo, Wongso Wiloyo, Mustawi, dan San Aspar.

Pembukaan desa tersebut, ungkap Bastari, diawali di Dusun Padangsuryo, yang saat ini masuk bagian Pekon Fajaragung, Kecamatan Pringsewu, kemudian berpindah-pindah hingga ke Gumukmas saat ini.
“Pada tahn 1930 kawasan ini resmi menjadi desa dengan nama Desa Tanjungseto yang pada saat itu masuk dalam wilayah Kawedanaan Gedung Tataan, Provinsi Sumatera Selatan,” ungkapnya.

Baru pada tahun 1941, lanjut Bastari, nama Desa Tanjungseto berubah menjadi Desa Gumukmas hingga sekarang, yang berasal dari kata Gumuk yang berarti gundukan tanah menyerupai bukit, serta kata Mas dimana pada saat itu masyarakat setempat banyak yang menanam tembakau dan hasilnya kemudian dibelikan emas.

Terpisah, Kabag Humas dan Protokol SetkabPringsewu Sugesti Hendarto menambahkan, Pemkab Pringsewu mengapresiasi kegiatan Bersih Desa yang dilaksanakan warga Pekon Gumukmas sebagai ungkapan syukur atas segala karunia dari Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa.
“Dengan kegiatan bersih desa dalam rangka HUT Pekon Gumukmas yang ke-80 ini, selain sebagai ungkapan syukur, diharapkan dapat lebih meningkatkan dan mempererat persatuan dan kesatuan diantara warga masyarakat dalam upaya membangun Pringsewu lebih baik lagi,” tambahnya. (*)

.